Prajaniti Dukung Penuh Pelarangan Penyembelihan Sapi dan Kerbau di Sri Lanka

Bagikan

Jakarta – Prajaniti Hindu Indonesia berperan aktif dalam mendukung penuh segala upaya dan gerakan pelarangan penyembelihan tidak manusiawi terhadap sapi dan kerbau di Sri Lanka. Penyembelihan ternak, khususnya sapi dan kerbau menjadi isu yang kontroversial di Sri Lanka.

Sekitar 69% penduduk Sri Lanka berasal dari suku Sinhala yang mayoritas beragama Budha, 18% suku Tamil yang mayoritas beragama Hindu, sekitar 7% adalah keturunan Arab dan Melayu yang beragama Islam, sekitar 5% beragama Katolik, dan 1% beragama Kristen.

Sebagian besar warga negara Sri Lanka beragama Budha dan Hindu, umumnya mendorong pemerintah untuk melarang penyembelihan sapi dan kerbau, sedangkan sebagian kecil warga negara Sri Lanka menganggap bahwa sapi adalah sumber daging untuk dikonsumsi.

Gerakan pelarangan penyembelihan sapi dan kerbau di Sri Lanka naik-turun. Beberapa kali sebagian terbesar warga mengusulkan agar pemerintah membuat aturan yang tegas terkait pelarangan penyembelihan sapi dan kerbau, namun hingga kini pemerintah Sri Lanka belum membuat aturan untuk itu. Kini, mulai bulan September 2020 lalu, usulan dan gerakan masyarakat terbesar Sri Lanka untuk pelarangan penyembelihan sapi dan kerbau kembali digaungkan. Dukungan atas gerakan ini datang dari berbagai organisasi dari berbagai negara, di antaranya India, Indonesia, Malaysia, Inggris, dan Australia. Dari Indonesia, dukungan itu disampaikan oleh organisasi Prajaniti Hindu Indonesia.

Kami mendukung penuh gerakan pelarangan penyembelihan sapi dan kerbau di Sri Lanka ini sebagai bentuk kesadaran rohani atas kesucian sapi. Hindu mengajarkan kepada kita bahwa sapi adalah salah satu Ibu dari tujuh Ibu yang harus kita muliakan dan sucikan,” kata Dr Wayan Catra Yasa, Ketua Hubungan Internasional DPP Prajaniti Hindu Indonesia.

Dukungan Prajaniti Hindu Indonesia pada gerakan pelarangan penyembelihan sapi dan kerbau di Sri Lanka dituangkan dalam sebuah surat khusus yang ditandatangani langsung oleh KS Arsana, Ketua Umum DPP Prajaniti Hindu Indonesia.

Dalam suratnya, DPP Prajaniti Hindu Indonesia menyampaikan dua ajaran Weda yang melandasi dukungan pada gerakan pelarangan penyembelihan sapi dan kerbau tersebut, yaitu ajaran Vasudaiva Kuthumbakam dan Ahimsa. “Ajaran tentang Vasudaiva Kuthumbakam tertuang dalam Bab 6 Maha Upanishad VI.71-73 yang mengajarkan kepada manusia bahwa “Seluruh dunia adalah sebuah keluarga”. Sedangkan ajaran Ahimsa pada bagian awalnya menyebutkan “Ahimsa Paramo Dharma”, mengajarkan kepada manusia bahwa “Tanpa kekerasan adalah Kebenaran (Dharma) tertinggi”. Semua penyembelihan sapi yang tidak manusiawi merupakan bentuk kekerasan yang dilakukan oleh manusia karena ego mereka dan secara jelas mengingkari persaudaraan manusia dengan makhluk hidup lainnya, oleh karena itu harus ditolak.” Demikian kutipan isi surat DPP Prajaniti Hindu Indonesia.

Tampaknya, karena demikian gencar dan meluasnya gerakan pelarangan penyembelihan sapi dan kerbau tersebut saat ini, pemerintah Sri Lanka sepertinya memberikan perhatian serius. Pemerintah Sri Lanka mengungkapkan bahwa pemotongan sapi akan dilarang secara resmi dan sedang menyusun peraturan untuk itu. Namun pemerintah Sri Lanka mengesampingkan alasan agama yang menjadi alasan pelarangan pemotongan sapi dan kerbau, alasan pelarangan adalah untuk mendorong pertanian di negara tersebut.

Atas dukungan yang diberikan DPP Prajaniti Hindu Indonesia dan dampak positifnya yang ditunjukkan pemerintah Sri Lanka, Ravi Raghavan, salah seorang pemimpin Hindu di Sri Lanka, mewakili masyarakat Hindu di Sri Lanka, menyampaikan terima kasih tulus ke KS Arsana melalui surat elektronik.

(AA Indah Pitasari/Jakarta)

[telah dibaca 41 kali]


Bagikan